Monday, June 22, 2009

Bagaimana Diabetes itu

Dua jam setelah kami “jajan” di rumah makan dengan seabrek menu kaya lemak,
Sini jarinya…kata seorang kolega pada rekan kolega yang lain
Bless….setetes darah menetes dari jari kolega yang di cubles jarum
Darah langsung dioleskan ke secarik kertas yang kemudian berubah warna, dan kertas ini dibandingkan dengan kertas warna pembanding. Hasilnya yang mencubles punya skor kadar gula darah lebih tinggi dari yang dicubles.
Kenapa bisa begitu ya? Aku membatin.


Karena penasaran dengan hasil itu, maka aku berburu info dari beragam media. Dan inilah hasil berburu info itu. Aku yakin belum banyak yang bisa diungkapkan, tapi minimal bisa untuk di share di blog ini.


Setiap orang butuh gula dan lemak untuk energi. Gula yang dimaksud disini adalah glukosa yang dibutuhkan oleh tubuh untuk diolah jadi energi. Tetapi untuk bisa menjadi energi dibutuhkan insulin yang bertugas untuk menembus sel agar glukosa bisa masuk kedalam sel. Saya senang dengan analog yang digunakan Andang Gunawan pakar food combining dalam menerangkan insulin. Menurut Andang, insulin itu ibarat kunci mobil yang akan anda gunakan untuk menghidupkan mobil, tetapi kunci tidak bisa masuk karena ada permen karet yang menyumbat didalam lubang kunci. Nach…dari sini kita tahu bahwa kunci atau insulin fine-fine saja alias tidak masalah, yang jadi masalah adalah penyumbat atau permen karet dilubang kunci itu yang menyebabkan glukosa tidak bisa masuk dan berkeliaran didalam darah.


Saat glukosa menumpuk, tubuh merespon dengan memproduksi insulin, semakin banyak glukosa semakin banyak pula insulin diproduksi. Dengan berjalannya waktu, tubuh tak mampu lagi memproduksi cukup insulin untuk mengatasi ”ndableknya” sel. Karena sel tidak memperoleh glukosa yang dibutuhkan, maka tumbuh menjadi lemas, rasa berkunang-kunang, penglihatan gelap, berkeringat dingin bahkan bisa pingsan.
Sementara karena glukosa tidak bisa masuk kedalam sel, dia akan berkeliaran dalam darah.



Menumpuknya glukosa dalam darah secara perlahan akan merusak pembuluh-pembuluh darah. Apabila tumpukan glukosa ada pembuluh darah ke mata bisa berakhir dengan kebutaan, menumpuk di ginjal bisa menyebabkan kegagalan fungsi ginjal, menumpuk di jantung bisa menyebabkan serangan jantung, menumpuk disaraf tepi atau mungkin menyumbat aliran darah ke alat vital, Mr. P alias terjadi disfungsi seksual. Sangatlah tidak tepat kalau diatasinya dengan berganti pasangan seksual…..kayak orang kehausan di kasih permen coklat, ya to?


Keadaan menumpukkan glukosa dalam darah ini dikenal sebagai Diabetes tipe 2. Diabetes ini bukan jenis keturunan, sehingga biasanya bisa diatasi cukup dengan bergaya hidup sehat.


Tetapi, meski tidak menyebabkan penderitanya meninggal, diabetes tetap meningkatkan risiko:
• Stroke
• Kebutaan
• Serangan jantung
• Gagal ginjal
• Saraf rusak
• Amputansi kaki/tungkai
• Disfungsi seksual


Peningkatan produksi insulin pada wanita, bisa menyebabkan penyakit kista indung telur (aku sering mendengarnya sebagai endometrioses) atau dalam istilah kedokteran disebut polycistic ovary syndrome (PCOS). Wanita dengan PCOS berisiko tinggi terhadap diabetes tipe 2, yang berisiko ke penyakit jantung….duch-duch simanis insulin ternyata mengerikan ya untuk kita-kita kaum hawa ini.



Gejala-gejala PCOS mencakup:
• Haid tidak teratur
• Kegemukan
• Jerawat
• Hirsutisma (bulu wajah dan tubuh berlebihan)
• Kolesterol tinggi
• Mudah lelah
• Dorongan seks menurun
• Berlebihan hormon pria
• Infertilitas
• Sleep apnea (kesulitan bernafas dalam tidur)
• Gangguan tiroid
• Depresi
• Kecemasan (anxiety)


Hanya sebagian kecil kasus resistensi insulin -menyebabkan peningkatan produksi insulin- karena faktor genetik. Hanya saja, orang yang mempunyai garis keturunan terkena diabetes harus lebih waspada dalam mengelola kadar gula darahnya.


Kolegaku di kantor selalu mengatakan jaga konsumsi karbohidrat agar kadar gula darah terkendali. Saran ini tidak salah, tetapi juga tidak benar 100% persen. Kenapa begitu? Karena pada kenyataannya, beliau mempunyai garis keturunan diabetes, tetapi sewaktu dites dengan glucometer seperti dalam awal artikel ini, menunjukkan kadar gula darah yang lebih rendah dibanding kolega satunya meski waktu itu beliau makan nasi lumayan banyak.


Menurut Neal Barnard, MD dari Universitas George Washington, masalah yang paling mendasar pada resistensi insulin adalah lemak, bukan karbohidrat. Jika metabolisme tubuh kita bagus, salah satu unjuk kinerjanya adalah mampu menyerap dan menggunakan karbihodrat maka tidak akan terjadi resistensi insulin ataupun diabetes. Aku bukan termasuk yang mempunyai metabolisme tubuh bagus dalam hal menyerap dan menggunakan lemak, sehingga tumpukan lemak darah alias kolesterolku diatas normal.


Nach…lemak yang menyebabkan resistensi insulin ini bersembunyi di dalam sel-sel otot. Lemak ini disebut intramyocellullar lipid. Lemak ini menumpuk akibat tungku pembakaran lemak dalam otot (mitochondria) tidak bekerja optimal. Pada diabetes 2, jumlah mitochondria tidak mencukupi untuk membakar lemak.


Penelitian di USA membuktikan bahwa makanan tinggi lemak menaikkan lemak dalam otot (intramyocellullar lipid) secara signifikan dan mematikan gen-gen yang memproduksi tungku (mitochondria).



Neal Barnard, MD memberikan tips untuk mengatasi resistensi insulin:
• Menyingkirkan produk hewani
• Menggunakan minyak nabati sesedikit mungkin
• Meningkatkan konsumsi makanan alami termasuk polong-polongan, biji-bijian, sayuran dan buah-buahan


Ketiga hal tersebut, disamping menurunkan resistensi insulin juga membantu menurunkan berat badan dan memperbaiki diabetes. Tentu saja bagi yang metabolisme tubuhnya tidak bagus menyerap dan membakar karbohidrat, perlu untuk diet karbohidrat, meski yang paling bagus ya mengatasi metabolisme tubuhnya terlebih dahulu. Dan tentu akan lebih bagus lagi hasilnya jika dikombinasikan dengan olah raga dan olah jiwa. jadi….gaya hidup sehatlah solusinya.


Terus…..kenapa masih menunggu untuk merubah gaya hidup sehat ya?


purwati

http://purwatiwidia stuti-wordpress. com
http://purwati- ningyogya. blogspot. com
http://purwatining. multiply. com

No comments:

Post a Comment